
Strategi Pengelolaan Keuangan untuk UMKM: Sudut Pandang Akuntansi
Perkembangan dan pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sangat ditentukan oleh kemampuan pengelolaan keuangan yang baik. Dari kacamata akuntansi, pengelolaan keuangan bukan sekadar mencatat uang masuk dan keluar, melainkan sebuah sistem terstruktur yang menghasilkan informasi. Disusun informasi-informasi yang dapat dipercaya (reliable) dan berdaya guna (relevant) dalam suatu bentuk laporan keuangan. Penyajian laporan tersebut perlu dijaga kewajaran (fair) dan kelayakannya (representative) mengingat informasi terkandung pada laporan keuangan tersebut digunakan para pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan strategis. Prinsip dasar akuntansi seperti relevansi, keandalan, dan daya banding menjadi fondasi penting bagi UMKM dalam memahami kesehatan keuangan dan mengarahkan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan bisnis.
Â
Langkah krusial pertama adalah memisahkan secara tegas keuangan pribadi pemilik dengan keuangan usaha. Banyak UMKM yang terjebak mencampurkan keduanya, menyebabkan kesulitan melacak penggunaan modal dan/atau kas, kebingungan dalam menilai hasil usaha/kinerja sebenarnya (apakah mengalami keuntungan atau malah merugi), sehingga berujung pada potensi masalah pajak. Membuka rekening bank khusus usaha dan secara disiplin hanya menggunakan dana di dalamnya untuk kepentingan operasional bisnis merupakan praktik akuntansi mendasar yang menciptakan kejelasan (clarity) dan memudahkan pengawasan.
Â
Manajemen arus kas (cash flow management) adalah denyut nadi UMKM. Akuntansi menekankan pentingnya memprediksi dan memantau aliran kas secara ketat. UMKM perlu memiliki proyeksi arus kas, baik mingguan maupun bulanan, yang mencakup estimasi penerimaan dari penjualan dan pembayaran yang harus dikeluarkan (seperti belanja bahan baku, membayar gaji, sewa, pelunasan utang). Pemantauan rutin terhadap realisasi arus kas dibandingkan terhadap proyeksi memungkinkan deteksi dini potensi kekurangan kas dan segera mengambil tindakan antisipatif, seperti menegakkan penagihan piutang atau menunda pengeluaran non-esensial.
Â
Penerapan sistem pembukuan yang sederhana namun akurat adalah keharusan. Tanpa pencatatan yang teratur, mustahil bagi UMKM untuk mengetahui apakah usahanya untung atau rugi. Sistem akuntansi dasar seperti pembukuan single-entry (untuk usaha sangat kecil) atau double-entry (lebih disarankan untuk akurasi) perlu diadopsi. Minimal, pembukuan harus mencatat semua transaksi pendapatan dan pengeluaran secara kronologis dan terklasifikasi, serta memelihara catatan aset, utang, dan modal. Pencatatan yang rapi menjadi dasar penyusunan laporan keuangan sederhana.
Analisis biaya (cost analysis) dan penetapan harga berbasis biaya adalah strategi kunci untuk profitabilitas. Akuntansi biaya membantu UMKM memahami struktur biaya mereka secara mendalam – membedakan biaya tetap (sewa, gaji) dan biaya variabel (bahan baku, komisi penjualan). Pemahaman ini vital dalam menentukan terjadinya titik impas (break-even point) yaitu saat pendapatan sama dengan pengeluaran. Situasi tersebut menggiring dalam menetapkan harga jual yang tidak hanya menutupi semua biaya tetapi juga menghasilkan laba yang wajar. Tanpa analisis biaya yang tepat, penetapan harga seringkali hanya berdasarkan intuisi atau mengejar pesaing. Keputusan seperti itu malah berpotensi menggerogoti marjin laba.
Â
Perencanaan dan kepatuhan pajak merupakan bagian integral dari pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab. Akuntansi menyediakan kerangka untuk menghitung kewajiban pajak secara akurat, seperti Pajak Penghasilan (PPh) khususnya PPh Final UMKM 0,5% dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jika telah melewati batas tertentu. Memisahkan dana untuk pajak sejak saat pendapatan diterima dan menyisihkannya di rekening terpisah, akan mencegah kesulitan pada saat jatuh tempo pembayaran harus dilakukan. Memahami insentif pajak yang berlaku juga dapat mengoptimalkan beban pajak.
Â
Pengendalian internal (internal control), meski dalam bentuk sederhana, sangat diperlukan untuk melindungi aset dan memastikan keandalan data keuangan. Untuk UMKM, ini bisa berupa pembagian tugas dasar (misalnya, orang yang menerima uang bukan yang mencatatnya), otorisasi untuk pengeluaran di atas jumlah tertentu, rekonsiliasi kas/bank secara rutin, serta penghitungan fisik stok (stock opname) secara berkala. Pengendalian ini mengurangi risiko kecurangan, kesalahan, dan penyalahgunaan aset perusahaan, sehingga menjaga kesehatan keuangan.
Â
Terakhir, pemanfaatan laporan keuangan dasar – khususnya Laporan Laba Rugi dan Neraca – sebagai alat evaluasi dan perencanaan adalah puncak dari penerapan prinsip akuntansi. Laporan Laba Rugi menunjukkan kinerja operasional (pendapatan, biaya, laba/rugi) dalam suatu periode. Neraca menggambarkan posisi keuangan (aset, utang, modal) pada suatu titik waktu tertentu. Menganalisis tren dalam laporan ini, seperti pertumbuhan penjualan, marjin laba kotor, atau rasio utang, memberikan wawasan berharga bagi pemilik UMKM untuk menilai kemajuan usaha, mengidentifikasi area perbaikan, dan membuat rencana strategis serta penganggaran untuk periode berikutnya.
Dengan menerapkan strategi pengelolaan keuangan berbasis prinsip akuntansi ini secara konsisten, UMKM dapat membangun fondasi keuangan yang lebih kuat, meningkatkan transparansi, membuat keputusan bisnis yang lebih terinformasi, mengelola risiko dengan lebih baik, dan pada akhirnya, mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan usaha dalam jangka panjang. Akuntansi bukanlah beban, melainkan alat vital untuk mengarahkan UMKM menuju kesuksesan finansial.
31 Juli 2025
Vita Silvira, SE, Ak., MBA, CA.
Dosen Senior Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia